Di antara kita paling sering mendengar murothal atau tilawah quran dari Syaikh 'Abdurrahman Sudais hafizhohullah. Beliau adalah salah satu imam dan khotib Masjidil Haram, Makkah Al Mukarromah. Lihatlah suaranya begitu merdu dan lantunan qur'annya begitu syahdu. Beliau tidak hanya hafizh quran, namun beliau juga menjadi spesialis ilmu fiqih. Bagaimana cita-cita beliau di masa kecil? Berikut ceritanya.
Ketika Syaikh Sudais dalam usia anak-anak, ibunya selalu mengatakan padanya, "Wahai 'Abdurrahman, hafalkanlah qur'an. Insya Allah engkau akan menjadi imam masjidil Harom." Demikian dorongan motivasi dari ibunya agar Syaikh Sudais kecil bisa termotivasi menghafalkan qur'an.
Lalu setiap kali Syaikh Sudais kecil datang ke Masjidil Harom, ia melihat lebih dekat bagaimanakah tingkah laku imam di sana.
Kemudian pikiran Syaikh Sudais kecil akhirnya terpancing. Dorongan dari ibunya tadi benar-benar memotivasinya. Lalu ia terbayang lagi dalam pikirannya, "Mungkinkah saya bisa menghafalkan qur'an tanpa ada yang keliru? Mungkinkah saya bisa melantunkan al qur'an tanpa membuat kesalahan?"
Akhirnya dengan karunia Allah, kita dapat lihat sendiri bagaimanakah bacaan beliau ketika memimpin shalat di Masjidil Harom. Lihatlah pula ketika beliau membaca ayat, hafalan beliau begitu kuat, tidak kita temukan cacat di sana-sini. Inilah fadhlullah, karunia Allah yang diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.[1]
***
Pelajaran dari kisah beliau di atas adalah:
1. Dorongan motivasi dari orang tua sangat mendorong sekali seorang anak bisa menjadi sholeh dan bisa menjadi penghafal qur'an.
2. Menghafalkan qur'an di masa kecil seperti seseorang begitu mudah mengukir di batu. Namun tidak ada kata terlambat untuk menghafal qur'an. Ada beberapa kisah nyata yang menunjukkan bahwa ada orang tua yang sudah berumur kepala lima (55 tahun) menghafalkan qur'an. Ada yang berumur 60 tahun juga menjadi hafizh qur'an. Itulah karunia Allah.
3. Untuk menghafalkan qur'an haruslah seseorang diberi motivasi bahwa Al Qur'an itu mudah untuk dihafal. Motivasi semacam ini akan membuat anak kecil atau yang lainnya semakin terdorong untuk menghafalkan qur'an, berbeda jika diberi motivasi sebaliknya.
Allah Ta'ala berfirman,
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآَنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ
"Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?" (QS. Al Qomar: 17).
Moga dengan taufik dan kemudahan dari Allah kita dapat menjadi bagian dari orang-orang yang menjadi hafizh qur'an secara sempurna. Jika kita selaku orang tua, jangan lupa memotivasi anak-anak kita untuk menghafalkan qur'an, karena itu akan meninggikan derajat anak kita di dunia dan akhirat, orang tua pun akan tertular kebaikannya. Jangan lupa iringi dengan do'a.
Wallahu waliyyut taufiq.
0 Response to "Kisah seorang hafizh Qur'an yang menjadi imam di Masjidil Haram"
Post a Comment